Rekayasa Perasaan
Sulit bagiku untuk mengatakan, untuk mu yang ku damba.
Banyak hal terjadi diantara kita dua orang yang sering bertegur sapa. Bayanganku masuk kedalam masa depan yang entah aku denganmu atau tidak denganmu.
Rekayasa yang ku buat hancur, ketika aku tak tahan dengan semua berita baik yang kamu kirimkan. Ku kira dari berbagai banyak hal yang aku sampaikan kamu mengerti sebagai apa kamu menempatkan diri.
Nyatanya perasaanku masih sama, pilihannya masih kamu. Padahal dalam merekayasa perasaan ini perlu banyak logika yang ku keluarkan untuk melupakanmu.
Dua tahun berlalu dengan cepat, kita kenal dengan cara yang salah. Seharusnya Tuhanku tidak mengizinkan kamu untuk akrab denganku. Akrab menjadi sebuah sendu yang akhirnya membuatku sadar kita tak searah.
Tapi? Apa ini perasaanku atau niatku yang ingin melupakan perasaan ini? Segala apapun aku coba untuk memantaskan diri.
Sejujurnya dari begitu banyak rekayasa, perasaanku tetap tertuju pada kamu. Kamu yang matanya selalu bersinar, senyumnya yang megah namun tidak tau untukku atau yang lain.
Kamu inginkanku sebagai apa? Sebagai sebuah google yang mampu menjawab keluh kesahmu atau sebagai orang terdekatmu?
Maaf aku sering memberikan umpan yang mungkin tidak kamu mengerti. Aku hanya ingin bersikap sewajarnya soal ini, nyatanya hati ini tak rela membiarkannya.
Banyak hal terjadi diantara kita dua orang yang sering bertegur sapa. Bayanganku masuk kedalam masa depan yang entah aku denganmu atau tidak denganmu.
Rekayasa yang ku buat hancur, ketika aku tak tahan dengan semua berita baik yang kamu kirimkan. Ku kira dari berbagai banyak hal yang aku sampaikan kamu mengerti sebagai apa kamu menempatkan diri.
Nyatanya perasaanku masih sama, pilihannya masih kamu. Padahal dalam merekayasa perasaan ini perlu banyak logika yang ku keluarkan untuk melupakanmu.
Dua tahun berlalu dengan cepat, kita kenal dengan cara yang salah. Seharusnya Tuhanku tidak mengizinkan kamu untuk akrab denganku. Akrab menjadi sebuah sendu yang akhirnya membuatku sadar kita tak searah.
Tapi? Apa ini perasaanku atau niatku yang ingin melupakan perasaan ini? Segala apapun aku coba untuk memantaskan diri.
Sejujurnya dari begitu banyak rekayasa, perasaanku tetap tertuju pada kamu. Kamu yang matanya selalu bersinar, senyumnya yang megah namun tidak tau untukku atau yang lain.
Kamu inginkanku sebagai apa? Sebagai sebuah google yang mampu menjawab keluh kesahmu atau sebagai orang terdekatmu?
Maaf aku sering memberikan umpan yang mungkin tidak kamu mengerti. Aku hanya ingin bersikap sewajarnya soal ini, nyatanya hati ini tak rela membiarkannya.
Comments
Post a Comment